Pemandangan ini telah dilakukan sejak dua tahun lamanya, setelah gedung sekolah mereka ditutup seorang warga yang mengaku pemilik lahan. Bangunan sekolah itu berjarak sekitar 200 meter dari tempat belajar yang digunakan sekarang.
Hal paling memprihatinkan, empat kolong rumah yang digunakan para murid dan guru untuk melakukan aktivitas belajar-mengajar itu merupakan bekas kandang ayam yang selama ini digunakan pemilik rumah.
"Masing-masing pemilik rumah rela meminjamkan tempat mereka agar para murid tidak ketinggalan mata pelajaran dengan sekolah lain, apalagi sudah dua periode sekolah tersebut telah menamatkan murid-murid mereka di bawah kolong rumah itu," kata salah satu guru honorer, Syamsuddin, Kamis pagi tadi.
Wakil kepala sekolah, Mappilawang, menceritakan pemilik lahan sekolah yang lama adalah mantan penjaga sekolah, Bakkasang. Ia meminta ganti rugi kepada pihak pemerintah kabupaten sebesar Rp70 juta. Sebelumnya, Bakkasang meminta hanya Rp 30 juta. Namun, sampai saat ini permintaannya belum juga dikabulkan oleh pemerintah daerah setempat.
Sementara itu, pihak sekolah telah berupaya mencari jalan keluarnya dengan melaporkan kejadian tersebut di tingkat pemerintah daerah. Ini dilakukan agar para murid dapat bisa menikmati gedung sekolah mereka kembali.
"Bakkasang baru membuka penyegelan tersebut apabila pihak pemerintah telah membayar lahannya sesuai dengan harga tanah yang diajukannya," jelas Mappilawang.
Salah seorang murid, Rahmi, merasa tidak bisa berkonsentrasi menerima pelajaran lantaran bau kotoran ayam yang menumpuk. Belum lagi, katanya, debu dan ayam-ayam peliharaan pemilik rumah sering kali naik di atas meja belajar. Ia berharap dapat kembali menikmati gedung sekolah, agar dapat berkonsentrasi menerima mata pelajaran.
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan, janganlah menggunakan kata-kata kotor, maka komentar tersebut akan di kenakan spam