Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI) yakin masyarakat dapat beradaptasi dengan penyatuan zona waktu. Penyatuan zona waktu bukan hal baru di Indonesia, pernah dilakukan pasa masa pendudukan Jepang (1942-1945)
"Indonesia bukan hal yang baru, kakek kita mengalami satu zona waktu, nggak bisa protes sama Jepang," ujar Kadiv Komunikasi Publik dan Publikasi Edib Muslim saat ditemui Seminar KP3EI, Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, Jumat (25/5/2012).
Selain itu, Edib menyatakan banyak masyarakat Indonesia yang kehidupannya telah dimulai sebelum fajar bersinar. "Banyak masyarakat yang sudah hidup bahkan di GMT+9, kalau kita ke stasiun Bogor, itu berapa banyak yang sudah jalan jam 4.30, hidup jam 4 pagi," ujarnya.
Dengan adanya penyatuan zona waktu ini, lanjut Edib, Indonesia akan memiliki waktu yang sama dengan beberapa negara di Asia lainnya. "Singapura, Malaysia, kecuali Thailand, Manila, Hongkong, Beijing, Korea GMT+9, Taiwan GMT+8," ujarnya.
Menurut Edib, pemerintah harus mempersiapkan dari segi sosial, ekologi, dan ekonomi. Salah satunya terkait food security atau keamanan pasokan pangan. "Nanti juga ada food security, karena jangan-jangan pengaruh ke pangan, jadi lebih banyak nyemil gara-gara bangun lebih pagi," ujarnya.
Edib menegaskan penyatuan zona waktu ini lebih banyak manfaatnya dibandingkan kerugiannya. "Saya pikir yang dikatakan Pak Hatta dari sisi mudharat susah ditemukan sisi mudharatnya, mungkin tidak ada, makin lama pendukung ini banyak, yang keberatan pun karena belum terlalu paham," pungkasnya.
"Indonesia bukan hal yang baru, kakek kita mengalami satu zona waktu, nggak bisa protes sama Jepang," ujar Kadiv Komunikasi Publik dan Publikasi Edib Muslim saat ditemui Seminar KP3EI, Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, Jumat (25/5/2012).
Selain itu, Edib menyatakan banyak masyarakat Indonesia yang kehidupannya telah dimulai sebelum fajar bersinar. "Banyak masyarakat yang sudah hidup bahkan di GMT+9, kalau kita ke stasiun Bogor, itu berapa banyak yang sudah jalan jam 4.30, hidup jam 4 pagi," ujarnya.
Dengan adanya penyatuan zona waktu ini, lanjut Edib, Indonesia akan memiliki waktu yang sama dengan beberapa negara di Asia lainnya. "Singapura, Malaysia, kecuali Thailand, Manila, Hongkong, Beijing, Korea GMT+9, Taiwan GMT+8," ujarnya.
Menurut Edib, pemerintah harus mempersiapkan dari segi sosial, ekologi, dan ekonomi. Salah satunya terkait food security atau keamanan pasokan pangan. "Nanti juga ada food security, karena jangan-jangan pengaruh ke pangan, jadi lebih banyak nyemil gara-gara bangun lebih pagi," ujarnya.
Edib menegaskan penyatuan zona waktu ini lebih banyak manfaatnya dibandingkan kerugiannya. "Saya pikir yang dikatakan Pak Hatta dari sisi mudharat susah ditemukan sisi mudharatnya, mungkin tidak ada, makin lama pendukung ini banyak, yang keberatan pun karena belum terlalu paham," pungkasnya.
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan, janganlah menggunakan kata-kata kotor, maka komentar tersebut akan di kenakan spam