Dunia membutuhkan antibiotik baru untuk mengatasi penyakit infeksi bakteri pada paru-paru, karena selama ini antibiotik tersebut memiliki efek samping terhadap rusaknya pendengaran.
Para peneliti melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengatasi penggunaan antibiotik aminoglikosida, kelas obat yang mencakup kanamisin, gentamisin dan amikasin. Obat ini digunakan untuk menghentikan infeksi bakteri pada paru-paru, misalnya TBC.
Penggunaan obat ini dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 20 persen pada pasien yang belum lama menggunakannya. Bahkan gangguan pendengaran dapat mencapai 100 persen jika digunakan selama beberapa bulan dan tahun,
Jochen Schacht, Ph.D., seorang profesor kimia biologi dan THT di Kresge Hearing Research Institute, telah menghabiskan waktu puluhan tahun untuk mempelajari mengapa kelas obat tersebut menyebabkan kerusakan telinga atau ototoxicity.
Efek samping tersebut membuat dokter ragu-ragu untuk meresepkan obat-obatan tersebut kepada pasien. Kerusakan pendengaran juga menyebabkan pasien untuk menghentikan pengobatan sebelum resep antibiotiknya selesai, hal ini berpotensi terhadap kebalnya bakteri terhadap pengobatan.
Schacht telah menemukan bahwa obat-obatan tersebut memproduksi radikal bebas yang merusak sel rambut di telinga bagian dalam. Sel rambut itulah yang peka terhadap sinyal suara dan sekalinya rusak, sel rambut tidak dapat tumbuh lagi.
"Aminoglikosida adalah beberapa antibiotik yang paling berharga dan obat-obatan yang sangat diperlukan, tetapi perlu ada jenis antibiotik baru yang dapat memerangi bakteri yang telah resisten terhadap obat. Yang paling penting adalah cara untuk mengatasi ototoxicity," kata Schacht, seperti dilansir dari medindia, Kamis (14/6/2012).
Para peneliti kini sedang mengembangkan pendekatan baru untuk merancang antibiotik yang dapat membunuh bakteri super tersebut tapi tidak membahayakan sel rambut sensorik halus pada telinga bagian dalam.
Sehingga diperlukan hipotesis baru yang memungkinkan untuk merancang obat antibakteri dan memperhatikan dampaknya pada sel rambut. Dengan cara ini, para peneliti mencoba untuk menghindari menciptakan antibiotik yang bahaya terhadap pendengaran.
Sementara itu, tim peneliti berharap untuk meluncurkan percobaan klinis dari apramycin, antibiotik yang telah terbukti mengatasi bakteri penyebab infeksi paru-paru tanpa meninggalkan efek samping.
Dalam sebuah makalah yang dipublikasikan secara online dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, sebuah tim dari Swiss, Inggris dan University of Michigan menunjukkan kemampuan apramycin melalui berbagai tes pada hewan.
Schacht juga telah memimpin uji klinis di Cina yang menunjukkan penurunan besar dalam gangguan pendengaran jika aspirin diberikan pada saat yang sama sebagai antibiotik aminoglikosida. Penelitian lebih lanjut mengenai antibiotik ini sangat diperlukan.
Para peneliti melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengatasi penggunaan antibiotik aminoglikosida, kelas obat yang mencakup kanamisin, gentamisin dan amikasin. Obat ini digunakan untuk menghentikan infeksi bakteri pada paru-paru, misalnya TBC.
Penggunaan obat ini dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 20 persen pada pasien yang belum lama menggunakannya. Bahkan gangguan pendengaran dapat mencapai 100 persen jika digunakan selama beberapa bulan dan tahun,
Jochen Schacht, Ph.D., seorang profesor kimia biologi dan THT di Kresge Hearing Research Institute, telah menghabiskan waktu puluhan tahun untuk mempelajari mengapa kelas obat tersebut menyebabkan kerusakan telinga atau ototoxicity.
Efek samping tersebut membuat dokter ragu-ragu untuk meresepkan obat-obatan tersebut kepada pasien. Kerusakan pendengaran juga menyebabkan pasien untuk menghentikan pengobatan sebelum resep antibiotiknya selesai, hal ini berpotensi terhadap kebalnya bakteri terhadap pengobatan.
Schacht telah menemukan bahwa obat-obatan tersebut memproduksi radikal bebas yang merusak sel rambut di telinga bagian dalam. Sel rambut itulah yang peka terhadap sinyal suara dan sekalinya rusak, sel rambut tidak dapat tumbuh lagi.
"Aminoglikosida adalah beberapa antibiotik yang paling berharga dan obat-obatan yang sangat diperlukan, tetapi perlu ada jenis antibiotik baru yang dapat memerangi bakteri yang telah resisten terhadap obat. Yang paling penting adalah cara untuk mengatasi ototoxicity," kata Schacht, seperti dilansir dari medindia, Kamis (14/6/2012).
Para peneliti kini sedang mengembangkan pendekatan baru untuk merancang antibiotik yang dapat membunuh bakteri super tersebut tapi tidak membahayakan sel rambut sensorik halus pada telinga bagian dalam.
Sehingga diperlukan hipotesis baru yang memungkinkan untuk merancang obat antibakteri dan memperhatikan dampaknya pada sel rambut. Dengan cara ini, para peneliti mencoba untuk menghindari menciptakan antibiotik yang bahaya terhadap pendengaran.
Sementara itu, tim peneliti berharap untuk meluncurkan percobaan klinis dari apramycin, antibiotik yang telah terbukti mengatasi bakteri penyebab infeksi paru-paru tanpa meninggalkan efek samping.
Dalam sebuah makalah yang dipublikasikan secara online dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, sebuah tim dari Swiss, Inggris dan University of Michigan menunjukkan kemampuan apramycin melalui berbagai tes pada hewan.
Schacht juga telah memimpin uji klinis di Cina yang menunjukkan penurunan besar dalam gangguan pendengaran jika aspirin diberikan pada saat yang sama sebagai antibiotik aminoglikosida. Penelitian lebih lanjut mengenai antibiotik ini sangat diperlukan.
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan, janganlah menggunakan kata-kata kotor, maka komentar tersebut akan di kenakan spam